Sabtu, 31 Maret 2012

Perkembangan Teknologi Informasi E-Voting Menyokong Dunia Politik

Ketika metode pemilihan umum banyak mendapat kritikan, berseliweran wacana pemakaian teknologi informasi. Pasalnya, pemanfaatan perkembangan teknologi informasi dianggap bisa meminimalisasi kesalahan manusia.

Teknologi informasi ini, tepatnya, adalah pemilihan digital (e-voting). Pemilihan yang awalnya dicoblos menjadi disentuh atau diraba. E-voting juga bisa menghemat anggaran yang kelewat besar dari metodologi contreng atau coblos. Meskipun demikian, wacana ini belum sreg di hati para politisi.


Komisi Pemilihan Umum


Cara pemilihan di Indonesia masih terbelakang. Sebelum beralih ke contreng, Indonesia masih menggunakan cara coblos yang sudah kuno di dunia. Setelah menjadi contreng, pemilihan umum pun tidak luput dari sorotan. Jauh dari sekadar cara adalah sistem yang tidak berjalan semestinya. Mengapa pemilu kemarin menuai sorotan?

Rekapitulasi KPU. Komisi pemilihan umum sekarang panen kritikan. Dianggap pro pemerintah, dekat salah satu partai, dan sebagainya. Rekapitulasi KPU adalah biang keladi dari semua itu. KPU dipandang sebagian kalangan tidak becus mengurus sistem IT sehingga rekap suara sempat tersendat-sendat. Misalnya, macet, server error, dan akses mati.Transparansi. KPU dianggap tertutup soal sistem dalam tabulasi suara. Sempat terjadi polemik di antara tim sukses parpol, lembaga survei, dan KPU. Masalahnya, akses pada sistem KPU relatif minim.SDM. KPU sekarang terlihat pincang setelah ditinggal salah satu awaknya ke partai Demokrat. Jauh sebelum itu, SDM di KPU jadi sorotan karena tidak kapabel dan kredibel. Bisa dilihat dari gugatan yang dilayangkan ke pengadilan. Belum lagi, dewan etik yang dibentuk oleh KPU itu sendiri. Dewan etik menjatuhkan sanksi kepada anggota KPU yang melanggar aturan.

E-Voting


E-voting jadi salah satu alternatif untuk mengatasi persoalan tersebut. E-voting pun telah dicoba di beberapa daerah. Salah satu pilot project terletak di Bali. Namun, e-voting ini mempunyai beberapa catatan.

Mahal. Pembelian perdana seperangkat sistem yang menunjang dari A-Z terhitung mahal.User. E-voting mensyaratkan pengguna (user) yang telah bisa menjalankan sistem.Sosialisasi. Beralih ke contreng pun banyak perdebatan. Apalagi, ke digital. Terutama, melihat karakter masyarakat yang belum semua akrab dengan teknologi.

Catatan tersebut menjadi salah satu pertimbangan pengambil kebijakan untuk menjalankan sistem ini sepenuhnya. Dengan demikian, maju mundur penggunaan e-voting masih bergantung pada pilot project yang diselenggarakan di beberapa pilkada.


Belum lagi, politisi yang menghitung beban untung rugi pemakaian sistem ini. Namun, jauh lebih penting ialah kesiapan masyarakat untuk beralih ke e-voting. Cepat atau lambat teknologi informasi akan berpengaruh terhadap semua lini kehidupan. Tidak terkecuali politik.

Beri rating untuk artikel di atas Buruk sekali Kurang Biasa Bagus Bagus sekali



View the original article here

Tidak ada komentar:

Posting Komentar